17 Maret 2008

Nh Dini, Novelis Spesialis Cerita Kenangan

Satu-satunya perempuan pengarang Indonesia yang masih sangat produktif sampai berusia 72 tahun (Jumat, 29 Februari 2008), siapa lagi jika bukan Nh Dini (Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin). Setahun yang lalu, dalam peluncuran cerita kenangan La Grande Borne di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, tidaklah berlebihan apabila Prof Eko Budihardjo, Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah sekaligus mantan rektor Undip, khusus membacakan sebuah puisi yang dipersembahkan kepada Nh Dini dan merasa tertantang dan menantang para dosen sastra, karena jumlah bukunya masih sangat jauh di bawah angka karya-karya Nh Dini.>>tokoh

Hillary Clinton adalah srikandi politik yang sedang bersinar di Amerika Serikat. Dia banyak disorot dan juga dituliskan. Kiprah politik perempuan diulas dua buku: A Woman in Charge: The Life of Hillary Rodham Clinton (Carl Bernstein/Knopf, 628 pp.) dan Her Way: The Hopes and Ambitions of Hillary Rodham Clinton (Jeff Gerth and Don Van Natta Jr./Little, Brown, 438 pp.). Dua buku itu direview sekaligus oleh Michael Tomasky di The New York Review of Books>>


Tembok Berlin bukan hanya tembok yang dengan adonan semen, tapi juga perbedaan ideologi yang sarat politik kewarganegaraan. Buku The Berlin Wall: 13 August 1961-9 November 1989 yang ditulis Frederick Taylor (Bloomsbury, 486 pp, £20.00) mengulangi kembali drama itu dalam perspektif lain. Baca selengkapnya review buku tersebut yang dikerjakan Neal Ascherson di London Review of Books>>


Keberatan utama dalam menilai buku Andrea Hirata (Laskar pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor) adalah cara menyusun dan membingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentuk struktur yang utuh dan solid. Akibat antusiasmenya, semua mengalir deras dan abai terhadap penataannya. Kemampuan Andrea untuk memisahkan antara dirinya dan obyek ceritanya tidak terjadi. Pengalaman masa lalunya diceritakan dalam terang kecerdasan masa kininya seolah-olah sudah terjadi pada masa ceritanya itu. Kemurnian, keluguan, dan suasana pikiran sezaman agak kacau dengan pengetahuan, kecerdasan, dan cara berpikir masa sekarangnya. Inilah yang membuat nilai dokumenternya menjadi kehilangan kepercayaan pembaca. Lebih lengkap kritik Jacob Soemardjo di Pustakaloka Kompas>>